Tiga tahun yang lalu pada Tokyo 2020, Zheng/Huang kalah dalam laga final melawan rekan senegara mereka, Wang Yi Lyu/Huang Dong Ping. Tiga tahun berlalu, tepatnya pada Jumat (2/8), Zheng/Huang tampil dominan pada final melawan Kim Won Ho/Jeong Na Eun. Mereka menang straight games 21-8, 21-11 dalam tempo 41 menit atas pasangan Korea Selatan tersebut.
Poin terakhir dimenangkan, medali emas dikalungkan di leher mereka, dan Huang mendapatkan kejutan seusai upacara penghormatan pemenang di podium. Sebuah cincin dari tunangannya, Liu Yu Chen, yang ia terima di depan penonton yang hadir di Porte de La Chapelle Arena, Paris, Prancis.
"Ini adalah mimpi terbesar yang pernah saya alami. Saya banyak berpikir, tetapi sekarang pikiran saya menjadi kosong," tutur Zheng, mengutip laman Federasi Bulu Tangkis Dunia, Sabtu (3/8).
"Semua keluarga saya ada di sini, mereka membeli tiket tahun lalu untuk datang ke sini. Ini mungkin Olimpiade terakhir saya, jadi saya harus membawa keluarga saya ke sini karena mereka memberi saya kekuatan. Dukungan keluarga memberi saya kekuatan lebih dari yang saya harapkan," tambah atlet berusia 27 tahun ini.
"Kami mempersiapkan diri semaksimal mungkin. Kami mengeluarkan semua kemampuan yang dimiliki. Saya memfokuskan seluruh energi saya pada Olimpiade ini. Ya Qiong memberikan saya kekuatan."
Antara melaporkan, pada Paris 2024, Zheng/Huang tak sekali pun menelan kekalahan. Mereka adalah pasangan pertama yang memiliki rekam jejak sempurna terebut, sejak terakhir diraih pasangan Indonesia Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pada Rio 2016.
Sementara, Yuta Watanabe/Arisa Higashino asal Jepang meraih keping perunggu setelah menang dua gim 21-13, 22-20 atas pasangan Korea Selatan lainnya, Seo Seung Jae/Chae Yu Jung.